KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah “Kata, Diksi, dan Istilah” sebagai tugas dari mata kuliah
Bahasa Indonesia.
Makalah ini kami susun dengan
bantuan beberapa pihak sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Selanjutnya, penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kmai menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu, kami mengajak pembaca untuk
memberikan kritik dan saran agar makalah ini bisa tersusun lebih sempurna.
Akhir kata, semoga makalah ini
bermanfaat bagi kami khususnya dan bermanfaat bagi pembaca umumnya.
Yogyakarta, 20
Maret 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bahasa terbentuk dari beberapa tataran gramatikal, yaitu dari tataran
terendah sampai tertinggi, yaitu kata, frase, klausa, kalimat. Ketika menulis
dan berbicara, kata adalah kunci pokok dalam membentuk tulisan dan ucapan. Maka
dari itu kata - kata dalam bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik, supaya
ide dan pesan seseorang dapat dimengerti dengan baik. Kata – kata yang digunakan
dalam komunikasi harus dipahami dalam konteks alinea dan wacana. Tidak
dibenarkan menggunkan kata – kata dengan sesuka hati, tetapi harus mengikuti
kaidah – kaidah yang benar.
Di dalam istilah berisi kaidah yang mengatur bagaimana
menggambarkan lambang-lambang bunyi ujaran dan bagaimana menggambarkan hubungan
antara lambang-lambang itu baik pemisahan atau penggabungan dalam suatu bahasa.
Memang harus diakui, kecenderungan orang semakin mengesampingkan
pentingnya penggunaan bahasa, terutama dalam tata cara
pemilihan kata atau diksi. Agar
tercipta suatu komunikasi yang efektif dan efisien, penggunaan diksi atau
pemilihan kata dirasakan sangat penting, bahkan mungkin vital,
terutama untuk menghindari kesalapahaman dalam
berkomunikasi. Diksi atau pilihan
kata dalam praktik berbahasa sesungguhnya mempersoalkan kesanggupan sebuah kata
dapat juga frase atau kelompok kata untuk menimbulkan gagasan yang tepat pada
imajinasi pembaca atau pendengarnya. Pemilihan kata tidak hanya digunakan dalam
berkomunikasi namun juga digunakan dalam bahasa tulis (jurnalistik). Dalam
bahasa tulis pilihan kata (diksi) mempengaruhi pembaca mengerti atau
tidak dengan kata-kata yang kita pilih.
B. Rumusan masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan kata ?
2.
Apa yang dimaksud dengan makna kata ?
3.
Apa yang dimaksud dengan diksi ?
4.
Apa yang dimaksud dengan istilah ?
C. Tujuan
1.
Mahasiswa dapat
memahami apa yang
dimaksud dengan kata
2.
Mahasiswa dapat
memahami apa yang
dimaksud dengan makna kata
3.
Mahasiswa dapat
memahami apa yang
dimaksud dengan diksi
4.
Mahasiswa dapat
memahami apa yang
dimaksud dengan istilah
5.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kata
1.
Pengertian Kata
Kata adalah
kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata
adalah unsur bahasa yang diucapkan atau
dituliskan yang merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang dapat
dipakai dalam berbahasa. [1] Jadi, kata adalah satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri dan
memiliki arti sendiri. Misalnya: bunga, rumah, baju, cerdas, pintar, dan sebagainya.
Sebuah kata dapat
mengalami beberapa macam perubahan bentuk. Misalnya, kata dasar rumah
dapat berubah menjadi berumah, perumahan (kata berimbuhan), rumah-rumah
(kata ulang), rumah makan, rumah
sakit (kata majemuk/gabungan kata). [2]
Kita menyadari bahwa
kosakata bahasa Indonesia banyak dipengaruhi oleh bahasa asing dan bahasa
daerah. Kontak bahasa Indonesia tidak dapat dielakan karena selain bangsa
Indonesai memiliki bahasa daerah dalam jumlah yang banyak, kita juga
berhubungan dengan bangsa lain yang memiliki bahasa berbeda-beda pula. Kata-kata
pungut adalah kata yang diambil dari kata-kata asing. Hal ini disebabkan oleh
kebutuhan kita terhadap nama dan penamaan benda atau situasi tertentu yang
belum dimiliki bahasa Indonesia. Pemungutan kata-kata asing sangat diperlukan
karena tuntutan zaman dan kebutuhan ilmu pengetahuan serta teknologi modern.[3] Jadi,
dalam era globalisasi seperti ini, kita memerlukan komunikasi yang lancar dalam
segala macam kehidupan.
Pemungutan/adopsi kata
dari bahasa asing kedalam bahasa Indonesia melalui beberapa cara :
1.
Penyerapan Utuh
Contoh :
bank →
bank
hotel →
hotel
monitor →
monitor
2.
Penyerapan Penyesuaian
Contoh :
computer → komputer
univercity → universitas
aplication → aplikasi
3.
Penerjemahan
Contoh :
higher education → pendidikan
tinggi
network → jaringan kerja
search again →
mesin pencari
4.
Penerjemahan dan
Penyesuaian
Contoh :
survey research → penelitian
surval
ready to install →
siap menginstal
Jadi
dapat disimpulkan, pengertian yang tersirat dalam sebuah kata itu mengandung
makna bahwa tiap kata mengungkapkan
sebuah makna, gagasan, ataupun ide. Kata-kata ibarat “pakaian” yang dipakai
oleh pikiran kita. Tiap kata memiliki jiwa. Setiap anggota masyarakat harus
mengetahui “jiwa” setiap kata, agar ia
dapat menggerakan orang lain dengan “jiwa” dari kata-kata yang dipergunakannya.[5]
Apabila
kita menyadari bahwa kata merupakan alat penyalur gagasan, maka hal itu semakin
banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak pula ide atau gagasan yang
ditangkapnya dan dikuasainya. Sehingga dapat dengan mudah dan lancar mengadakan
komunikasi dengan orang-orang lain, seperti yang kita ketahui, hanya karena
kita tidak cukup memiliki kata atau gagasan, sehingga lawan bicara kita tidak
mengetahui secara jelas apa yang dibicarakannya.
2.
Jenis-jenis kata
a.
Kata
Kerja (Verba)
Kata kerja adalah kata yang menyatakan makna
perbuatan, pekerjaan, tindakan, proses, atau keadaan. Contoh : membuat, menonton,
makan, minum, dan sebagainya.
b.
Kata Sifat (Adjektiva)
Kata sifat adalah kata yang menerangkan kata
benda. Contoh baru, lukisan indah, mobil kuno, dan sebagainya.
c.
Kata Benda (Nomina)
Kata benda adalah kata yang mengacu pada manusia,
binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Contoh : murid, burung, kursi, dan
batu, rumah, pakaian, dan sebaginya.
d.
Kata Bilangan
(Numeralia)
Kata bilangan adalah kata yang dipakai untuk
menghitung banyaknya benda (orang, binatang, atau barang) dan konsep. Contoh : satu, kedua, suatu, beberapa, berbagai, tiap-tiap, semua,
sebagian, dan sebagainya.
e.
Kata Ganti (Pronomina)
Kata ganti adalah kata yang berfungsi untuk
menggantikan orang, benda, atau sesuatu yang dibedakan. Contoh : aku, , kamu,
kita, mereka, ini, itu, sesuatu, seseorang, siapa, dan sebagainya.
f.
Kata Keterangan (Adverbia)
Kata keterangan adalah kata yang memberi
keterangan pada kata lainnya. Contoh :
paling, sedikit, banyak, sekarang, lusa, dan sebagainya.
g.
Kata Tunjuk (Demonstrative)
Kata tunjuk adalah kata yang dipakai untuk
menunjuk atau menandai orang atau benda secara khusus. Contoh : ini, itu, disana, disitu, berikut,
dan sebagainya.
h.
Kata Tanya (Intirogativa)
Kata tanya adalah kata yang digunakan untuk
menanyakan sesuatu. Contoh : apa, siapa, kapan, dimana, bagaimana, dan
sebagainya.
i.
Kata Sandang (Artikula)
Kata sandang adalah kata yang digunakan untuk
membatasi kata benda. Contoh : si dia,
si terdakwah, sang Merah Putih, sang mertua, dan sebagainya.
j.
Kata Depan (Preposis)
Kata depan adalah kata tugas yang berfungsi
sebagai unsur pembentuk frasa preposisional.
Contoh : di, ke, dari, bagi, untuk, dalam, guna, pada, oleh, dengan, dan
sebagainya.
k.
Kata Seru (Interjeksi)
Kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan
rasa hati manusia. Contoh : aduhai, asyik, Ayo, nah, hai, ah, halo, dan
sebagainya.
l.
Kata Penghubung (Konjungsi)
Kata penghubung adalah kata tugas yang
menghubungkan dua klausa, kalimat, atau aragraph. Contoh : dan, atau,tetapi,
sebab, karena, dan sebagainya.
m.
Kata Ulang (Reduplikasi)
Kata ulang adalah kata yang mengalami proses
pengulangan. Contoh : mobil-mobil,
gedung-gedung, rumah-rumah, dan sebagainya.
B. Makna Kata
1.
Pengertiaan Makna Kata
Kata dalam bahasa Indonesia memiliki dua aspek, yaitu aspek bentuk
dan aspek makna. Aspek bentuk merupakan aspek yang dapat kita dengar atau
dilihat. Aspek makna gambaran yang muncul di dalam benak kita sesudah mendengar
atau membaca kata tertentu. [6]
Jadi, makna kata adalah maksud yang terkandung
serta tersimpul dari suatu kata. Contoh sederhananya adalah kata rumah, kata rumah memiliki makna tempat tinggal. Jadi
setiap kata itu selalu terhubung dan saling berkaitan dengan suatu hal, bisa
berkaitan dengan benda, ataupun berkaitan dengan suatu aktifitas, peristiwa,
maupun keadaan.
2.
Jenis-jenis Makna Kata
Makna kata sendiri dalam kaidah bahasa Indonesia
memiliki beberapa jenis, secara umum jenis-jenis makna kata adalah sebagai
berikut :
a.
Makna
denotasi-konotasi
Makna kata denotasi adalah kata yang memiliki makna yang sebenarnya
atau sesuai dengan kenyataanya dan tidak memiliki makna ganda. Misalnya tikus itu telah mati. Kata mati dalam kalimat tersebut hanya memiliki satu arti
yang langsung dan lugas, yaitu tak bernyawa.
Makna kata konotasi adalah kata yang memiliki
makna tidak secara langsung atau lebih pada kiasan. Misalnya : orang
berlomba-lomba berebut kursi di
senayan. Kata kursi disini
bukan berarti hanya sebuah kursi, tapi lebih bermakna jabatan atau kedudukan.[7]
Kata membanting tulang (makna denotatif adalah pekerja
membanting sebuah tulang) mengandung makna “bekerja keras” yang merupakan
sebuah kata kiasan dan termasuk golongan kata yang bermakna konotatif. Kata-kata
yang dipakai secara kiasan pada suatu kesempatan penyampaian seperti ini
disebut dengan idiom atau ungkapan. Semua bentuk idiom atau ungkapan tergolong
dalam kata yang bermakna konotatif. Misalnya : kepala batu, keras kepala,
panjang tangan, ringan tangan, dan sebagainya.[8]
b.
Makna
Leksial dan Makna gramatikal
Makna leksial/makna kampus adalah makna kata secara lepas tanpa
terkait dengan kata lainnya dalam sebuah struktur bahasa. Misalnya : kata rumah
bermakna “bangunan untuk tempat tinggal”.
Makna gramatikal adalah makna baru yang timbul pada suatu kata
karena proses pembentukan kata. Misalnya : kata berumah berarti “mempunyai
rumah”.[9]
c.
Makna
Lugas dan Makna Kiasan
Makna lugas adalah makna yang acuannya cocok dengan makna kata yang
bersangkutan. Misalnya kata kaki pada kaki ayam dan kaki kucing.
Disamping makna lugas, banyak kata yang didalam pemakaiannya
memunculkan makna kiasan. Misalnya kata kaki pada kaki tangan dan kaki gunung.
d.
Makna
Kontekstual
Makna kontekstual adalah makna yang ditentukan oleh konteks
pemakaiannya (hubungan antara makna ujaran dan dengan situasi tempat ujaran
digunakan). Misalnya bunga adalah bagian tumbuhan yang akan menjadi buah,
berwarna indah, dan biasannya berbau harum.
Namun dalam kalimat sebagai bunga kampus, mahasiswi itu tidak hanya
dijadikan topik pembicaraan dikalangan mahasiswa saja, tetapi juga dikalangan
para dosen.
3.
Perubahan Makna Kata
Dalam memilih kata, kita harus waspada karena makna kata itu kerap
sekali berbeda. Perubahan ini dapat meluas atau menyempit, atau kadang-kadang
berubah sama sekali.[10]
Misalnya kata “Ibu” dulu hanya mengandung arti “wanita yang telah melahirkan”,
sekarang maknanya menjadi meluas ke “wanita yang sudah dewasa”. Adapun faktor
penyebab perubahan makna adalah sebagai berikut :
a.
Kebahasaan
1). Perubahan intonasi
adalah perubahan makna yang diakibatkan oleh perubahan nada, irama, dan
tekanan. Misalnya: kalimat ‘ia makan’ dapat berubah maknanya jika intonasi
kalimat diubah ke dalam ‘ia makan?’ atau ‘ia makan!’ atau ‘ia makaaaan’.
2). Perubahan struktur
frasa. Misalnya: kaleng susu (kaleng bekas tempat susu) dan susu kaleng (susu
yang dikemas dalam kaleng)
3). Perubahan bentuk kata
b. Kesejarahan
Misalnya: kata perempuan pada zaman Penjajahan Jepang digunakan
untuk menyebut perempuan penghibur. Sekarang orang menggantinya dengan kata
wanita. Kini setelah orang melupakan peristiwa tersebut kata perempuan kembali
digunakan dengan pertimbangan kata tersebut lebih mulia daripada kata wanita.
c.
Kesosialan
Sebelum tahun 1945, kata “gerombolan” berarti kumpulan orang biasa
digunakan. Kemudian, kata ini tidak lagi digunakan karena berkonotasi negatif
dengan pemberontak atau kumpulan orang yang suka berbuat onar.
d.
Kejiwaan
Perubahan makna karena faktor kejiwaan ditimbulkan oleh
pertimbangan rasa takut atau kesopanan. Misalnya, kata “utang” diganti dengan
“bantuan” atau “pinjaman”, padahal makna kata “utang” dan bantuan itu berbeda.
e.
Bahasa
asing
Perubahan makna karena
faktor bahasa asing, misalnya tempat untuk orang terhormat diganti dengan VIP,
jalur khusus bus dengan busway.
C. Diksi
1.
Pengertian Diksi
Dalam
Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia (1997:233) disebutkan bahwa
diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras untuk mengungkapkan gagasan
sehingga memperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan). Hal ini senada
dengan apa yang diungkapkan oleh Kridalaksana (1993;44) bahwa diksi adalah
pilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara
di depan umum atau dalam karang mengarang. Dengan perkataan lain, diksi
merupakan seleksi kata-kata untuk mengekspresikan ide atau gagasan dan perasaan
sehingga secara efektif dan tepat di dalam makna, audiens, dan kejadian[11]
Kata
yang tepat akan membantu sesorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin
disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Disamping itu, pemilihan kata itu
harus sesuai dengan situasi dan kondisi penggunaan kataa-kata itu.
Penggunaan
ketetapan pilihan kata dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa dalam
mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosakata secara aktif
yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat dan efektif kepada pembaca atau
pendengarnya.[12]
Maka untuk memilih kata yang tepaat dan benar, sumber referensinya bisa dari
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jelaslah bahwa seseorang yang luas kosakatanya dan mengetahui
secara tepat batasan-batasan pengertiannya, akan mengungkapkan pula secara
tepat apa yang dimaksudnya. [13]
Disisi lain mereka yang hanya memperhatikan ketepatan pilihan kata namun tidak
memperhatikan kondisi dsn situasinya dapat juga tidak diterima karena merusak
suasana yang ada. Jadi sebuah kata yang tepat untuk menyatakan maksud tertentu
harus mengerti akan ketepatan kata tersebut dan bagaimana situasi dan
kondisinya.
2.
Syarat Diksi
Dalam pemilihan
kata, ada beberapa hal yang harus diperhatikannya :
a.
Ketepatan
dan kesesuaian
Ketetapan diksi adalah kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan
gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa
yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pendengar.[14]
untuk mengasilkannya perlu diperhatikan hal-hal berikut ini :
1)
Sinonim,
homofon, hommograf, dan homonim
a)
Sinonim
adalah adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama,
tetapi bentuknya berlainan. Contoh : menonton, melihat, memandang, dan
mengawasi.
b)
Homofon
adalah istilah yang sama lafalnya, tetapi berbeda ejaannya. Contoh : bank (BRI) dan bang (bang Doel)
c)
Homograf
adalah istilah yang sama ejaanya, tetapi berbeda lafalnya. Contoh : apel (nama
buah) dan apel (upacara)
d)
Homonim
adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi
lafal atau ejaan sama. Jika lafalnya sama disebut homofon, tetapi jika yang sama adalah ejaannya maka disebut homograf. Contoh : ke
ranjang (menuju tempat tidur) dan keranjang
(alat).[15]
2)
Kata
Abstrak dan Konkret
Kata abstrak adalah kata yang acuannya sulit diserap oleh pancaindra.
Misalnya perdamaian dan gagasan.
Kata konkret adalah kata yang acuannya dapat diserap oleh panca
indera. Misalnya : rumah, kampus,
komputer, meja, dan sebagainya.
Salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam meningkatkan
kesejahteraan (abstrak) rakyatnya adalah memberikan dana BLT (konkret) kepada yang berhak menerimanya.[16]
3)
Kata
Umum dan Khusus
Kata
umum adalah kata yang acuannya lebih luas. Contoh : ikan.
Kata
khusus adalah kata yaang acuannya lebih khusus atau sempit. Contoh : mujair,
gurami, gabus, koi, dan sebagainya.
4)
Kata
Populer dan Kata Kajian/Ilmiah
Kata populer
adalah kata yang biasa digunakan dalam komunikasi sehari-hari masyarakat umum.
Kata
kajian/ilmiah adalah kata-kata logis
dari bahasa asing yang dapat diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia.
Populer
|
kajian/ilmiah
|
Wirausaha
Penggantian
pertanggungjawaban
ahli
pembuktian
|
enterpreneurship
konversi
akuntabilitas
pakar/eksper
verifikasi
|
e.
Kebenaran
1)
Sesuai
dengan kaidah pembentukan kata
a)
Luluh
(me-/pe + kata dasar berhuruf awal /p/, /t/ /k/ /s/)
me + pakai = memakai
pe + tahap + an =
penahapan
me + koreksi = mengoreksi
me + suplai = menyuplai
b)
Tetap
(me-/pe + kata berhuruf awal /c/, /r/, /l/,
/pr/, /tr/, /kl/, /kt/, /st/, /sy/)
me + contoh = mencontoh
pe + rajin = merajin
pe + lepas + an
=
pelepasan
me + produksi = memproduksi
me + transfer = mentrasfer
me +
klarifikasi = mengklarifikasi
me + kritik = mngkritik
me + stater = menstater
me + syarat +
kan = mensyaratkan
c)
Tambah
(me-/pe + kata dasar bersuku kata satu )
me
+ cat =
mengecat
pe +
bom = mengebom
me +
sah + kan = mengesahkan
d)
Tetap
( awalan meN-) + (/a/, /i/, /u/, /e/, /o/)
me +
alih + kan = mengalihkan
me +
iris = mengiris
me +
ubah = mengubah
me +
elak = mengelak
me +
olah = mengolah
e)
Sesuai
dengan EYD
Benar Salah
akselerasi axelerasi
hipotesis hipotesa
nasihat nasehat
grup group
ijazah ijasah[18]
2)
Kecermatan
/ Kehematan
a)
Menghemat
penggunaan kata bersinonim
Yakni dalam satu kalimat tidak menggunakan kata
yang bersinonim. Contoh :
adalah/merupakan, agar/supaya, guna/untuk/demi.[19]
b)
Ungkapaan
Idiomatik
Yakni kontruksi yang khas pada suatu bahasa yang salah satu
unsurnya tidak dapat dihilangkan atau diganti. Contoh : terdiri atas/dari, berbicara tentang,
bergantung pada, baik... maupun, dan bukan...
melainkan.[20]
c)
Bentuk
jamak
Benar Salah
banyak kampus banyak kampus-kampus
beberapa ibu beberapa ibu-ibu
para dosen para dosen sekalian[21]
d)
Konteks
kalimat
Dalam
pemilihan kata harus sesuai dengan konteks kalimatnya. Contoh :
Ø Tiap-tiap mahasiswa diwajibkan membayar uang SPP.
Ø Masing-masing mengemukakan pendapatnya.
Ø Mereka pulang ke rumah masing-masing.[22]
D. Istilah
1.
Pengertian Istilah
Istilah adalah kata atau frasa yang dipakai sebagai nama atau lambang
dan dengan cermat mengungkapkan makna, proses,
keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni.[23]
Untuk mencari makna istilah kita bisa juga mencari di dalam kamus, namun bukan
kamus umum melainkan kamus istilah. Dalam tiap bidang keilmuan memiliki istilah-istilah
khusus, seperti dalam bidang biologi, matematika, pertanian, kehidupan atau
kemasyarakatan dan sebagainya.
2.
Persyaratan Istilah yang baik
Dalam
pembentukan istilah perlu diperhatikan persyaratan dalam pemanfaatan kosakata
bahasa Indonesia yaitu :
a.
Istilah
yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling
tepat untuk mengungkapkan konsep termaksud dan yang tidak menyimpang dari
makna itu,
b.
Istilah
yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling
singkat diantara pilihan yang tersedia yang mempunyai rujukan yang sama.
Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang bernilai rasa (konotasi) baik.
c.
Istilah
yang dipilih adalah kata atau frasa yang enak
didengar (eufonik)
d.
Istilah
yang dipilih adalah kata atau frasa yang bentuknya menurut kaidah bahasa Indonesia.[24]
3.
Jenis-jenis Istilah
a.
Istilah
Khusus
Istilah
khusus adalah istilah yang maknanya terbatas pada bidang tertentu saja.
Misalnya :
Apendektomi Kurtonis
Bipatride Pleistosen
b.
Istilah
Umum
Istilah umum adalahistilah yang berasal dari bidang tertentu, yang
karena dipakai secara luas menjadi unsur kosakata umum.
Misalnya
:
Anggaran
belanja Penilaian
Daya Radio
Nikah Takwa[25]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam realita yang ada, telah kita ketahui bersama bahwa perbedaan ada warna dari sebuah kehidupan, maka dari itu sudah barang tentu dan lazim dalam realita kehidupan secara efektifitas manusia saling berhubungan satu antara lainnya. Kata adalah satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri atau kata adalah kumpulan dari beberapa huruf yang mengandung arti tersendiri.
Kata
dalam bahasa Indonesia memiliki dua aspek, yaitu aspek bentuk dan aspek makna.
Aspek bentuk merupakan aspek yang dapat kita dengar atau dilihat. Aspek makna
gambaran yang muncul di dalam benak kita sesudah mendengar atau membaca kata
tertentu. Dalam memilih kata, kita harus waspada karena makna kata itu kerap
sekali berbeda. Perubahan ini dapat meluas atau menyempit, atau kadang-kadang
berubah sama sekali
Diksi adalah kemampuan penulis untuk mendapatkan kata agar dalam
pembacaan dan pengertiannya tepat.
Istilah adalah kata atau frasa yang dipakai sebagai na.ma atau
lamabang dan dengan cermat mengungkapkan makna, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
DAFTAR PUSTAKA
http://goresankertasadres.blogspot.co.id/2015/06/makalah-bahasa-indonesia-jenis-
jenis.html
pukul 22.00 tanggal 18 Maret 2016.
Dr. Goryz Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, ( Jakarta : PT Gramedia
Pustaka
Umum, 2008)
Siti Rokhmi Lestari, S.S. dan Eva
Dwi Kurniawan, S.S, Bahasa Indonesia : Untuk
Perguruan
Tinggi, (Yogyakarta : Edukasi Pustaka, 2011)
http://media-online.id/2014/09/pengertian-makna-kata-dan-jenis-jenisnya.html
pukul 21.05
tanggal 20 Maret 2016.
Ngalimun Syahroni, M.Pd., Dwi Wahyu Candra dewi, M.Pd., dan Mahmudi,
M.pd., Bahasa
Indonesia di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta : Aswaja
Pressindo,
2013)
Eneng Herniti, M.Hum., Sri harini,
M.Si., dan Dra. Navilah Abdullah, M.Ag.,
Bahasa
Indonesia, (Yogyakarta :Pokja Akademik UIN
Sunan Kalijaga, 2005)
[2] Siti Rokhmi
Lestari, S.S. dan Eva Dwi Kurniawan, S.S, Bahasa Indonesia : Untuk Perguruan
Tinggi, (Yogyakarta : Edukasi Pustaka, 2011), hal.46.
[3] Ibid,
hal. 46.
[5] Dr. Goryz
Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Umum,
2008), hal.21.
[6] Siti Rokhmi
Lestari, S.S. dan Eva Dwi Kurniawan, S.S, Bahasa Indonesia : Untuk Perguruan
Tinggi, (Yogyakarta : Edukasi Pustaka, 2011), hal. 51.
[7] http://media-online.id/2014/09/pengertian-makna-kata-dan-jenis-jenisnya.html pukul 21.05 tanggal 20 Maret 2016.
[8] Ngalimun
Syahroni, M.Pd., Dwi Wahyu Candra dewi, M.Pd., dan Mahmudi, M.pd., Bahasa
Indonesia di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta : Aswaja Pressindo, 2013), hal.
29.
[9] Siti Rokhmi
Lestari, S.S. dan Eva Dwi Kurniawan, S.S, Bahasa Indonesia : Untuk Perguruan
Tinggi, (Yogyakarta : Edukasi Pustaka, 2011), hal. 51.
[11] Eneng Herniti,
M.Hum., Sri harini, M.Si., dan Dra. Navilah Abdullah, M.Ag., Bahasa
Indonesia, (Yogyakarta :Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005), hal.55.
[12] Siti Rokhmi
Lestari, S.S. dan Eva Dwi Kurniawan, S.S, Bahasa Indonesia : Untuk Perguruan
Tinggi, (Yogyakarta : Edukasi Pustaka, 2011), hal. 48.
[13] Dr. Goryz
Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Umum,
2008), hal. 24.
[14] Eneng Herniti,
M.Hum., Sri harini, M.Si., dan Dra. Navilah Abdullah, M.Ag., Bahasa
Indonesia, (Yogyakarta :Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005), hal.55.
[15] Siti Rokhmi
Lestari, S.S. dan Eva Dwi Kurniawan, S.S, Bahasa Indonesia : Untuk Perguruan
Tinggi, (Yogyakarta : Edukasi Pustaka, 2011), hal. 48.
[17] Ibid, hal. 49.
[18] Ibid,
hal. 49-50.
[19] Ibid,
hal. 50.
[20] Ngalimun
Syahroni, M.Pd., Dwi Wahyu Candra dewi, M.Pd., dan Mahmudi, M.pd., Bahasa
Indonesia di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta : Aswaja Pressindo, 2013), hal.
44-45.
[21] Siti Rokhmi
Lestari, S.S. dan Eva Dwi Kurniawan, S.S, Bahasa Indonesia : Untuk Perguruan
Tinggi, (Yogyakarta : Edukasi Pustaka, 2011), hal. 50.
[22] Ibid,
hal. 51.
[23] Ngalimun
Syahroni, M.Pd., Dwi Wahyu Candra dewi, M.Pd., dan Mahmudi, M.pd., Bahasa
Indonesia di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta : Aswaja Pressindo, 2013), hal.
135.
[24] Ibid, hal. 136.
[25] Ibid,
hal. 135-136.