Kamis, 14 April 2016

tradisi yang mengandung syirik



TRADISI DAN PERILAKU MASYARAKAT YANG MENGGANDUNG UNSUR SYIRIK
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tauhid
Dosen Pengampu : Ahmad Hanany Naseh



Di susun oleh :
      Nama    :   Nur Amntillah
       NIM     :   15410036

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2016




KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, kesehatan dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah Filsafat Ilmu ini sehingga makalah dengan judul “tradisi dan perilaku masyarakat yang menggandung unsur syirik ” bisa sampai ditangan anda semua dan selesai sesuai waktu yang telah ditentukan.
Penulisan karya tulis ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari semua pihak. Untuk itu, perkenankan penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada:
1.      Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan ini dapat diselesaikan.
2.      Bapak Ahmad Hanany Naseh selaku dosen mata kuliah Tauhid jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Agama Islam Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3.      Dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah  ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Semoga melalui hasil makalah ini, memberikan banyak manfaat yang berharga bagi setiap pembaca. Saya sangat membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca untuk kemajuan selanjutnya yang lebih baik dan maksimal. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih banyak dan  mohon  maaf bila ada salah kata dalam penyusunan tugas makalah ini.

Wassalam ,

                                                                                                                                                Penyusun







BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
            Masyarakat merupakan kumpulan dari dua atau lebih individu manusia yang hidup dalam suatu wilayah tertentu. Dari kemasyarakatan tersebut tentu banyak timbul masalah  sebagai akibat dari  adanya sosialisasi antarmasyarakat. Masalah-masalah tersebut banyak yang mengenai budaya-budaya dari zaman dahulu atau buatan manusia yang kurang bertanggung jawab. Dari beberapa masalah yang ada dalam masyarakat, saya akan mencoba menguraikan sedikit dari masalah yang ada dalam masyarakat apakah masalah tersebut ada penyelesaiannya dalam Al-Qur’an dan Hadist atau bisa diselesaikan dengan logika saja.
            Budaya yang ada di dalam masyarakat sekarang, terkadang banyak yang menyimpang dari ajaran agama Islam, tetapi masyarakat tidak mengerti dengan itu karena budaya tersebut sudah dilakukan sejak nenek moyang mereka. Ditambah lagi kebudayaan itu dilakukan secara bersama-sama sehingga dianggap benar.

2.      Tujuan Pembuatan Makalah
Tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1.      Sebagai pemenuhan tugas matakuliah Tauhid
2.      Menemukan masalah-masalah dalam masyarakat yang berupa perilaku dan tradisi yang mengandung unsur syirik
3.      Manfaat Makalah
Manfaat makalah ini adalah :
1.      Memberikan informasi mengenai perilaku dan tradisi yang ada dalam masyarakat yang mengandung unsur syirik
2.      Memberikan pertimbangan kepada pembaca mengenai masalah tersebut





BAB II
PEMBAHASAN
Perbuatan syirik yang banyak dilakukan oleh sebagian masyarakat Muslim di negeri ini adalah warisan peninggalan nenek moyang yang hidup di zaman kepercayaan animisme, dinamisme dan hindu serta budha. Peninggalan dari nenek moyang tersebut hingga sekarang terus dilestarikan sebagai tradisi budaya meskipun budaya dan tradisi tersebut sangat bertentangan dengan aqidah Islam yang mentauhidkan Allah.
Masyarakat yang masih melakukan hal ytersebutmengaggap itu hanya semata untuk menjaga budaya namun sama sekali tiidak mengindahkan apa yang di katakan dan di perintahkan dalam Al- Qur’an. Sebagian muslimpun beranggapan bahwa yang dimaksud dengan mempersekutukan Allah dengan sesuatu selain-Nya yang lazim dinamakan syirik itu hanya terbatas pada penyembahan kepada berhala-berhala atau patung-patung sebagaimana yang dilakukan oleh kaum musyrikin Arab pada zaman Rasullullah.

Berikut adalah beberapa kegiatan atau acara acara yang nasih kental dilakukan masyarakta yang memgandung syirik :

1.      Selamatan kehamilan
Selamatan kehamilan seperti 3 bulanan atau 7 bulanan (Nujuh Bulanan) tidak ada dalam ajaran Islam, Kemudian jika selamatan kehamilan tersebut disertai dengan keyakinan akan membawa keselamatan dan kebaikan, dan sebaliknya jika tidak dilakukan akan menyebabkan bencana atau keburukan, maka keyakinan seperti itu merupakan kemusyrikan. Karena sesungguhnya keselamatan dan bencana itu hanya di tangan Allah Subhanahu wa Ta’ala semata. Allah berfirman:
قُلْ أَتَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللهِ مَا لاَ يَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَلاَ نَفْعًا واللهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَليِمُ                     
 Katakanlah: “Mengapa kamu menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat kepadamu dan tidak (pula) memberi manfa’at?”. Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui’. (QS Al Maidah:76).

2.      Ritual memandikan mobil / motor dengan bunga 7 rupa
Ada sebagian orang yang melakukan ritual ini karena mereka belum berani memakainya sebelum dimandikan dengan bunga tujuh rupa.

َمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللهُ                                         
“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (QS asy-Syuura 21)
3.      Meminta Perlindungan penjaga yang mendiami suatu tempat yang dianggap kramat / Angker .
perbuatan ini bisa digolongkan adat yang melanggar ajaran Islam karena telah meminta perlindungan kepada makhluk selain Allah SWT, adatistiadat seperti ini masih bisa kita jumpai terutama di daerah pedalaman yang masih memiliki tempat bersejarah yang dianggap kramat. contohnya di daerah Jawa.
Ketika melewati tempat angker, sebagian orang ada yang mengatakan, “Mbah aku takut, tolong lindungi aku (mbah yang dimaksud adalah penjaga tempat angker-, aku takut, tolong lindungi aku)”. Ketika itu karena saking ketakutan apalagi melihat cerita-cerita orang akan seramnya tempat tersebut, akhirnya keluar kata-kata semacam tadi. Hati pun bukan bergantung pada Allah lagi, namun berpaling pada selain Allah, makhluk yang dijadikan tempat berlindung. Padahal Islam mengajarkan bahwa meminta perlindungan disertai dengan bergantungnya hati hanya boleh ditujukan kepada Allah semata, tidak boleh pada selain-Nya. Jika hati berpaling pada selain-Nya, maka seseorang terjatuh dalam perbuatan syirik  
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ                                    
“Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. Fushilat: 36).
4.      Memandikan keris pada malam satu suro
Bulan Muharram di Pulau Jawa disebut dengan bulan Suro. Oleh sebagian orang, malam 1 Muharram atau malam 1 Suro diisi dengan berbagai kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan Islam. Menurut masyarakat Jawa, bulan Suro adalah bulan keramat, angker, atau naas dan berbahaya.Karena dianggap sebagai bulan keramat, maka masyarakat mengadakan berbagai macam acara diantaranya : Agar terhindar dari marabahaya, masyarakat memandikan keris. Mereka mengira bahwa senjata itu harus dirawat dan dijaga. Jika tidak maka dia akan murka. Allah berfirman dalam Al- Qur’an surah Fatir ayat 13- 14 yang artinya:
“Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari korma. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan dihari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberi keterangan kepadamu sebagaimana yang diberikan oleh yang Maha Mengetahui (Allah)”. (QS. Faathir : 13-14)


Uqbah bin Amir -radhiyallahu anhu- berkata,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَقْبَلَ إِلَيْهِ رَهْطٌ فَبَايَعَ تِسْعَةً وَأَمْسَكَ عَنْ وَاحِدٍ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ بَايَعْتَ تِسْعَةً وَتَرَكْتَ هَذَا قَالَ إِنَّ عَلَيْهِ تَمِيمَةً فَأَدْخَلَ يَدَهُ فَقَطَعَهَا فَبَايَعَهُ وَقَالَ مَنْ عَلَّقَ تَمِيمَةً فَقَدْ أَشْرَكَ
“Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- pernah didatangi oleh oleh suatu rombongan. Beliau membai’at sembilan orang, dan enggan membai’at satu orang. Mereka pun berkata, “Wahai Rasulullah, engkau telah membai’at sembilan orang, dan meninggalkan satu orang”. Beliau bersabda, “Pada dirinya ada jimat”. Kemudian beliau memasukkan tangannya dan memutuskan jimat itu. Lalu membai’atnya seraya berkata, “Barangsiapa yang menggantung jimat, maka sungguh ia telah berbuat syirik”. [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (4/156)

5.      Percaya terhadap ramalan
“Barangsiapa yang mendatangi seorang peramal lalu mempercayai apa yang diramalkan, maka ia telah kufur terhadap wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam .” (HR. Tirmidzi No. 135, Abu Dawud No. 3904, Ibnu Majah No. 639 dan Ahmad No. 9252)
”Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)” [Al An’aam: 59]
6.      Ritual Membuang Sial ( Ruwatan )
Ruwat dalam bahasa Jawa sama dengan kata luwar, berarti lepas atau terlepas. Diruwat artinya dilepaskan atau dibebaskan. Pelaksanaan upacara itu disebut ngruwat atau ruwatan, berarti melepaskan atau membebaskan, ialah membebaskan atau melepaskan dari hukuman atau kutukan dewa yang menimbulkan bahaya, malapetaka atau keadaan yang menyedihkan. Ngruwat dapat juga berarti dipulihkan atau dikembalikan pada keadaan semula, tetapi juga menolak bencana yang diyakini akan menimpa pada diri seseorang, mentawarkan atau menetralisir kekuatan gaib yang akan membahayakan. Upacara ruwat yang biasa dilakukan orang hingga sekarang termasuk dalam arti yang kedua, yaitu suatu upacara yang diadakan sebagai sarana yang dijalankan oleh seseorang supaya dapat terhindar dari marabahaya yang diramalkan akan menimpa diri seseorang.
وَلَا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينوَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَادَّ لِفَضْلِهِ يُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيم
“…maka sesungguhnya kamu, dengan demikian, termasuk orang-orang yang dhalim (musyrik).” Artinya sesungguhnya kamu apabila mendoa kepada selain-Nya adalah termasuk orang-orang musyrik yang mendhalimi kepada diri-diri mereka sendiri.
”Dan jika Allah menimpakan kepadamu suatu bahaya, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya selain Dia; sedang jika Allah menghendaki untukmu sesuatu kebaikan, maka tidak ada yang dapat menolak karunia- Nya…”( Yunus: 10/106-107)

7.      Memberi persembahan kepada laut oleh para nelayan
وَجَعَلُواْ لِلّهِ مِمِّا ذَرَأَ مِنَ الْحَرْثِ وَالأَنْعَامِ نَصِيبًا فَقَالُواْ هَـذَا لِلّهِ بِزَعْمِهِمْ وَهَـذَا لِشُرَكَآئِنَا فَمَا كَانَ لِشُرَكَآئِهِمْ فَلاَ يَصِلُ إِلَى اللّهِ وَمَا كَانَ لِلّهِ فَهُوَ يَصِلُ إِلَى شُرَكَآئِهِمْ سَاء مَا يَحْكُمُونَ
Dan mereka memperuntukkan bagi Allah satu bagian dari tanaman dan ternak yang telah diciptakan Allah, lalu mereka berkata sesuai dengan persangkaan mereka: “Ini untuk Allah dan ini untuk berhala-berhala kami”. Maka saji-sajian yang diperuntukkan bagi berhala-berhala mereka tidak sampai kepada Allah; dan saji-sajian yang diperuntukkan bagi Allah, maka sajian itu sampai kepada berhala-berhala mereka. Amat buruklah ketetapan mereka itu. ( QS.Al An’am : 136 )

8.      Mempersembahkan Sesaji ( Sesajen )
قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
“Katakanlah, ‘Sesungguhnya embelihanku (kurbanku), hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu baginya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).’” (Qs. al-An’aam: 162-163).
إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنزيرِ وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan sembelihan yang dipersembahkan kepada selain Allah.” (Qs. al-Baqarah: 173)
9.      Tradisi Suran
Di Yogyakarta khususnya, momen Suran (peringatan menyambut tahun baru Jawa yang sebenarnya juga merupakan tahun baru Islam).
Tradisi Suran banyak diisi dengan aktivitas keagamaan untuk mendapatkan berkah dari Tuhan yang oleh masyarakat Yogyakarta disimbulkan Kanjeng Ratu Roro Kidul (Ratu PantaiSelatan). Upacara besarnya diadakan oleh Kraton Ngayogyakarta dan dipusatkan diParangkusuma (Parangtritis), yaitu di kawasan pantai selatan.
إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا بَعِيدًا
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. ( Qs. 4 : 116 )


10.  Tradisi tumbal
Tumbal untuk kawah gunung berapi. Dimana hewan yang dijadikan tumbal secara hidup-hidup dilemparkan kedalam kawah bersama-sama dengan sesajen lainnya berupa makanan dan buah-buahan sertahasil bumi lainnya, yang tentunya tidak ketinggalan pula nasi tumpeng.

ام لهم شر كؤا شر عوا لهم من ا لد ىن ما لم ىا ذ به ا لله                                                                      
“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (QS asy-Syuura 21)
11.                        Mendatangai Tempat-Tempat/Kuburan Yang Dikramatkan Untuk Meminta Pertolongan
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا
“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan” (QS. Al Jin: 6).
12.  Peringatan Kematian
Di dalam adat Jawa biasanya jika ada orang meninggal maka diadakan peringatan. Misalnya, 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari dan seterusnya. Yang mengadakan peringatan memasak banyak dan mengundang para tetangga untuk bersama-sama mendoakan orang yang sudah meninggal. Pelaksanaannya tidak jauh berbeda dengan Kenduri. Biasanya di dalam peringatan kematian ada makan bersama dengan sayur gulai ayam atau di dalam masyarakat Jawa sering disebut ingkung. Yang datang untuk mendoakan biasanya saat pulang juga diberi besekan yang berisi nasi putih beserta sayur dan lauk. Dalam hal ini, tidak ada hal yang termasuk dalam kemusyrikan, karena mendoakan orang yang sudah meninggal itu baik untuk membantu orang yang sudah meninggal di alam kubur.
Yang menyimpang adalah saat pelaksanaan peringatan itu, menyediakan semacam sesajen yang diletakkan di dalam kamar orang yang sudah meninggal. Sesajen tersebut berisi segelas susu, teh, kopi, air kelapa, pisang, jajanan pasar dan lain-lain. Orang berpendapat bahwa roh orang yang sudah meninggal itu mungkin saja masih berada di lingkungan sekitar rumah dan mungkin juga akan singgah di kamarnya dan meminumnya. Secara logika pun itu tidak mungkin. Mana ada orang yang sudah meninggal akan meminum minuman dari dunia nyata. Dan kenyataannyapun, saat dibawa keluar dari kamar, makanan dan minuman itu tetap sama, tak kurang sedikitpun. Ini merupakan kebudayaan yang tidak perlu diteruskan. Tugas kita kepada orang yang sudah meninggal adalah menyucikan, menyalatkan, menguburkan dan mendoakan. Jika ada wasiat, maka harus dilaksanakan dan jika punya hutang harus dibayarkan.
Peringatan yang diisi dengan mendoakan orang yang sudah meninggal itu baik tetapi jangan diikuti dengan hal-hal yang berbau tidak logis. Selain itu, dalam melakukan peringatan kematian, kita tidak hanya memperingati atau mengenang orang yang sudah meninggal tetapi kita juga harus mengingat akan kematian yang pasti akan menimpa kita. Dengan kita mengingat kematian kita akan senantiasa melakukan perbuatan yang tidak melanggarkan hukum. Allah SWT bersabda :
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ. وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ.فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ . وَمَا الْحَيَوٰةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتٰعُ الْغُرُورِ
Artinya :
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”. (Ali Imran: 185 ﴿
Hadis Rasulullah juga menegaskan :
أَكْثِرُوْا مِنْ ذِكْرِ الْمَوْتِ فَإِنَّهُ يُمَحِّصُ الذُّنُوْبَ وَيُزَهِّدُ فِي الدُّنْيَا
Artinya :
“Perbanyaklah mengingat mati, karena mengingatnya sungguh dapat mengahapus dosa dan menjadikan zuhud pada dunia”. (R.H. Ibnu Abi al-Dunya)


13.  Singgul dalam Upacara Kematian
Di Jawa terkenal dengan adanya tradisi dan juga budaya yang beragam, dari mulai upacara kelahiran hingga upacara kematian. Dalam upacara kematian ada yang namanya singgul yakni campuran beras, kunyit, bawang putih, bengle, dringu yang ditumbuk kasar dan biasanya dioleskan di persendian, belakang kedua telinga, di kedua lutut, dan juga di kedua mata kaki oleh pelayat dan  juga oleh keluarga yang berduka. Jika untuk anak kecil dioleskan di bagian ubun-ubun. Sebenarnya yang memakai singgul adalah anak kecil sebagai penolak setan. Karena biasanya ramuan ini dibuat dan dipakai saat setelah Magrib. Mengapa untuk menolak setan? Karena feeling seorang anak kecil sangat peka terhadap hal-hal yang ghaib. Tetapi karena belum bisa berbicara maka hanya bisa menangis.
Ramuan ini juga dipercaya bisa menolak bahaya. Entah apa yang bisa menjadikan ramuan ini begitu dipercaya oleh masyarakat, hingga selalu ada dalam setiap upacara kematian. Bahan-bahannya juga terkadang berbeda. Di Yogyakarta, bahan yang digunakan sebagai singgul ada lima. Sedangkan di Jawa Timur juga ada dinggul tetapi dibuat hanya dari dringu dan bawang putih. Waklaupun berbeda bahan, keduanya dipercaya sebagai penolak bala.
Allah berfirman dalam QS. Al- An’aam : 41 yang berbunyi
                                          بَلْ إِيَّاهُ تَدْعُونَ فَيَكْشِفُ مَا تَدْعُونَ إِلَيْهِ إِنْ شَاءَ وَتَنْسَوْنَ مَا تُشْرِكُونَ

Artinya :
(Tidak), tetapi hanya Dialah yang kamu seru, maka Dia menghilangkan bahaya yang karenanya kamu berdoa kepada-Nya, jika Dia menghendaki, dan kamu tinggalkan sembahan-sembahan yang kamu sekutukan (dengan Allah)”

Dan ditegaskan kembali dalam QS. Al-Israa : 56
                                                قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِهِ فَلَا يَمْلِكُونَ كَشْفَ الضُّرِّ عَنْكُمْ وَلَا تَحْوِيلًا
Artinya :
          Katakanlah: "Panggillah mereka yang kamu anggap (tuhan) selain Allah, maka mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya daripadamu dan tidak pula memindahkannya"
Jadi hanya Allah-lah yang mampu menghilangkan bahaya yang berbentuk apapun karena Dialah yang menciptakan bahaya tersebut.
Yang menjadi pemikiran sekarang, bagaimana kebudayaan ini harus dihentikan karena budaya ini sudah ada dari zaman dahulu hingga sekarang, dan sanat sulit untuk menghapuskan kebudayaan yang telah lama berkembang dari kehidupan masyarakat.
           





















BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan
Begitu banyak kebudayaan masyarakat yang bertentangan dengan faham Tauhid. Sebagai seorang intelektual, kita harus bisa memilah mana yang benar dan mana yang salah. Dan tentu saja harus diserta dengan landasan yang kuat dan benar agar bisa meyakinkan. Yang perlu dipikirkan, bagaimana untuk sedikit demi sedikit mengurangi dan selanjutnya menghilangkan kebudayaan yang termasuk syirik dan mengembangkan masyarakat yang jauh dari syirik. Dalam Islam, kita tidak harus meninggalkan budaya dan jati diri yang telah lama melekat dalam diri kita, tetapi dengan budaya itu kita bisa mengaplikasikan iman, Islam dan ihsan kita.
2.      Saran
Dari uraian mengenai kebudayaan-kebudayaan yang ada dalam masyarakat di atas, saran yang dapat saya berikan antara lain :
a.       Jangan terlalu cepat menyimpulkan bahwa suatu perbuatan yang dilakukan merupakan perbuatan yang melanggar ajaran Islam dan bertolak belakang dengan tauhid. Pahami dan cari dahulu yang sebenarnya, jika perlu, cari dasar yang menguatkan.
b.      Berusahalah sedikt demi sedikit menghilangkan budaya yang melanggar ajaran Islam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar