TRADISI DAN PERILAKU MASYARAKAT
YANG MENGGANDUNG UNSUR SYIRIK
Makalah
Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tauhid
Dosen
Pengampu : Ahmad Hanany Naseh
Di
susun oleh :
Nama
: Nur Amntillah
NIM
: 15410036
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
PRODI PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
2016
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadiran Allah Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat, kesehatan dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
pembuatan makalah Filsafat Ilmu ini sehingga makalah dengan judul “tradisi dan perilaku masyarakat yang
menggandung unsur syirik ” bisa sampai ditangan anda semua dan selesai
sesuai waktu yang telah ditentukan.
Penulisan
karya tulis ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa dukungan dan bantuan
dari semua pihak. Untuk itu, perkenankan penulis menyampaikan terima kasih yang
tulus kepada:
1. Allah
Subhanahu Wa Ta’ala atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan ini dapat
diselesaikan.
2. Bapak
Ahmad Hanany Naseh selaku dosen mata kuliah Tauhid jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Agama Islam Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
3. Dan
semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu.
Semoga
melalui hasil makalah ini, memberikan banyak manfaat yang berharga bagi setiap
pembaca. Saya sangat membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
para pembaca untuk kemajuan selanjutnya yang lebih baik dan maksimal. Sekali
lagi saya ucapkan terima kasih banyak dan
mohon maaf bila ada salah kata
dalam penyusunan tugas makalah ini.
Wassalam ,
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Masyarakat merupakan kumpulan dari
dua atau lebih individu manusia yang hidup dalam suatu wilayah tertentu. Dari
kemasyarakatan tersebut tentu banyak timbul masalah sebagai akibat dari adanya sosialisasi antarmasyarakat.
Masalah-masalah tersebut banyak yang mengenai budaya-budaya dari zaman dahulu
atau buatan manusia yang kurang bertanggung jawab. Dari beberapa masalah yang
ada dalam masyarakat, saya akan mencoba menguraikan sedikit dari masalah yang
ada dalam masyarakat apakah masalah tersebut ada penyelesaiannya dalam
Al-Qur’an dan Hadist atau bisa diselesaikan dengan logika saja.
Budaya yang ada di dalam masyarakat
sekarang, terkadang banyak yang menyimpang dari ajaran agama Islam, tetapi
masyarakat tidak mengerti dengan itu karena budaya tersebut sudah dilakukan
sejak nenek moyang mereka. Ditambah lagi kebudayaan itu dilakukan secara
bersama-sama sehingga dianggap benar.
2.
Tujuan Pembuatan Makalah
Tujuan
pembuatan makalah ini adalah :
1.
Sebagai pemenuhan tugas matakuliah Tauhid
2.
Menemukan masalah-masalah dalam masyarakat yang
berupa perilaku dan tradisi yang mengandung unsur syirik
3.
Manfaat Makalah
Manfaat makalah
ini adalah :
1.
Memberikan informasi mengenai perilaku dan
tradisi yang ada dalam masyarakat yang mengandung unsur syirik
2.
Memberikan pertimbangan kepada pembaca mengenai
masalah tersebut
BAB II
PEMBAHASAN
Perbuatan syirik yang banyak dilakukan oleh sebagian masyarakat Muslim di
negeri ini adalah warisan peninggalan nenek moyang yang hidup di zaman
kepercayaan animisme, dinamisme dan hindu serta budha. Peninggalan dari nenek
moyang tersebut hingga sekarang terus dilestarikan sebagai tradisi budaya
meskipun budaya dan tradisi tersebut sangat bertentangan dengan aqidah Islam
yang mentauhidkan Allah.
Masyarakat yang masih melakukan hal ytersebutmengaggap itu hanya semata untuk menjaga budaya namun sama sekali tiidak mengindahkan apa yang di katakan dan di perintahkan dalam Al- Qur’an. Sebagian muslimpun beranggapan bahwa yang dimaksud dengan mempersekutukan Allah dengan sesuatu selain-Nya yang lazim dinamakan syirik itu hanya terbatas pada penyembahan kepada berhala-berhala atau patung-patung sebagaimana yang dilakukan oleh kaum musyrikin Arab pada zaman Rasullullah.
Masyarakat yang masih melakukan hal ytersebutmengaggap itu hanya semata untuk menjaga budaya namun sama sekali tiidak mengindahkan apa yang di katakan dan di perintahkan dalam Al- Qur’an. Sebagian muslimpun beranggapan bahwa yang dimaksud dengan mempersekutukan Allah dengan sesuatu selain-Nya yang lazim dinamakan syirik itu hanya terbatas pada penyembahan kepada berhala-berhala atau patung-patung sebagaimana yang dilakukan oleh kaum musyrikin Arab pada zaman Rasullullah.
Berikut
adalah beberapa kegiatan atau acara acara yang nasih kental dilakukan
masyarakta yang memgandung syirik :
1.
Selamatan kehamilan
Selamatan kehamilan seperti 3
bulanan atau 7 bulanan (Nujuh Bulanan) tidak ada dalam ajaran Islam, Kemudian
jika selamatan kehamilan tersebut disertai dengan keyakinan akan membawa
keselamatan dan kebaikan, dan sebaliknya jika tidak dilakukan akan menyebabkan
bencana atau keburukan, maka keyakinan seperti itu merupakan kemusyrikan.
Karena sesungguhnya keselamatan dan bencana itu hanya di tangan Allah Subhanahu
wa Ta’ala semata. Allah berfirman:
قُلْ أَتَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللهِ مَا لاَ يَمْلِكُ
لَكُمْ ضَرًّا وَلاَ نَفْعًا واللهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَليِمُ
‘Katakanlah: “Mengapa kamu menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang
tidak dapat memberi mudharat kepadamu dan tidak (pula) memberi manfa’at?”. Dan
Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui’. (QS Al Maidah:76).
2.
Ritual memandikan mobil / motor dengan bunga 7 rupa
Ada sebagian orang yang melakukan ritual ini karena mereka belum berani
memakainya sebelum dimandikan dengan bunga tujuh rupa.
َمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ
مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللهُ
“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain
Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (QS asy-Syuura 21)
3.
Meminta Perlindungan penjaga yang mendiami suatu tempat yang dianggap
kramat / Angker .
perbuatan ini bisa digolongkan adat yang melanggar ajaran Islam karena
telah meminta perlindungan kepada makhluk selain Allah SWT, adatistiadat
seperti ini masih bisa kita jumpai terutama di daerah pedalaman yang masih
memiliki tempat bersejarah yang dianggap kramat. contohnya di daerah Jawa.
Ketika melewati tempat angker, sebagian orang ada yang mengatakan, “Mbah
aku takut, tolong lindungi aku (mbah yang dimaksud adalah penjaga tempat
angker-, aku takut, tolong lindungi aku)”. Ketika itu karena saking ketakutan
apalagi melihat cerita-cerita orang akan seramnya tempat tersebut, akhirnya
keluar kata-kata semacam tadi. Hati pun bukan bergantung pada Allah lagi, namun
berpaling pada selain Allah, makhluk yang dijadikan tempat berlindung. Padahal
Islam mengajarkan bahwa meminta perlindungan disertai dengan bergantungnya hati
hanya boleh ditujukan kepada Allah semata, tidak boleh pada selain-Nya. Jika
hati berpaling pada selain-Nya, maka seseorang terjatuh dalam perbuatan syirik
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ
الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan,
maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. Fushilat: 36).
4.
Memandikan keris pada malam satu suro
Bulan Muharram di Pulau Jawa disebut dengan bulan Suro. Oleh sebagian
orang, malam 1 Muharram atau malam 1 Suro diisi dengan berbagai kegiatan yang
tidak ada kaitannya dengan Islam. Menurut masyarakat Jawa, bulan Suro adalah
bulan keramat, angker, atau naas dan berbahaya.Karena dianggap sebagai bulan
keramat, maka masyarakat mengadakan berbagai macam acara diantaranya : Agar
terhindar dari marabahaya, masyarakat memandikan keris. Mereka mengira bahwa
senjata itu harus dirawat dan dijaga. Jika tidak maka dia akan murka. Allah
berfirman dalam Al- Qur’an surah Fatir ayat 13- 14 yang artinya:
“Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah
tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari korma. Jika kamu menyeru
mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka
tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan dihari kiamat mereka akan
mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberi keterangan kepadamu
sebagaimana yang diberikan oleh yang Maha Mengetahui (Allah)”. (QS. Faathir :
13-14)
Uqbah bin Amir -radhiyallahu anhu- berkata,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَقْبَلَ إِلَيْهِ رَهْطٌ فَبَايَعَ تِسْعَةً وَأَمْسَكَ عَنْ وَاحِدٍ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ بَايَعْتَ تِسْعَةً وَتَرَكْتَ هَذَا قَالَ إِنَّ عَلَيْهِ تَمِيمَةً فَأَدْخَلَ يَدَهُ فَقَطَعَهَا فَبَايَعَهُ وَقَالَ مَنْ عَلَّقَ تَمِيمَةً فَقَدْ أَشْرَكَ
“Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- pernah didatangi oleh oleh suatu rombongan. Beliau membai’at sembilan orang, dan enggan membai’at satu orang. Mereka pun berkata, “Wahai Rasulullah, engkau telah membai’at sembilan orang, dan meninggalkan satu orang”. Beliau bersabda, “Pada dirinya ada jimat”. Kemudian beliau memasukkan tangannya dan memutuskan jimat itu. Lalu membai’atnya seraya berkata, “Barangsiapa yang menggantung jimat, maka sungguh ia telah berbuat syirik”. [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (4/156)
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَقْبَلَ إِلَيْهِ رَهْطٌ فَبَايَعَ تِسْعَةً وَأَمْسَكَ عَنْ وَاحِدٍ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ بَايَعْتَ تِسْعَةً وَتَرَكْتَ هَذَا قَالَ إِنَّ عَلَيْهِ تَمِيمَةً فَأَدْخَلَ يَدَهُ فَقَطَعَهَا فَبَايَعَهُ وَقَالَ مَنْ عَلَّقَ تَمِيمَةً فَقَدْ أَشْرَكَ
“Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- pernah didatangi oleh oleh suatu rombongan. Beliau membai’at sembilan orang, dan enggan membai’at satu orang. Mereka pun berkata, “Wahai Rasulullah, engkau telah membai’at sembilan orang, dan meninggalkan satu orang”. Beliau bersabda, “Pada dirinya ada jimat”. Kemudian beliau memasukkan tangannya dan memutuskan jimat itu. Lalu membai’atnya seraya berkata, “Barangsiapa yang menggantung jimat, maka sungguh ia telah berbuat syirik”. [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (4/156)
5.
Percaya terhadap ramalan
“Barangsiapa
yang mendatangi seorang peramal lalu mempercayai apa yang diramalkan, maka ia
telah kufur terhadap wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam .” (HR. Tirmidzi No. 135, Abu Dawud No. 3904, Ibnu Majah No.
639 dan Ahmad No. 9252)
”Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib;
tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang
di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia
mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi,
dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab
yang nyata (Lauh Mahfudz)” [Al An’aam: 59]
6.
Ritual Membuang Sial ( Ruwatan )
Ruwat dalam
bahasa Jawa sama dengan kata luwar, berarti lepas atau terlepas. Diruwat
artinya dilepaskan atau dibebaskan. Pelaksanaan upacara itu disebut ngruwat
atau ruwatan, berarti melepaskan atau membebaskan, ialah membebaskan atau
melepaskan dari hukuman atau kutukan dewa yang menimbulkan bahaya, malapetaka
atau keadaan yang menyedihkan. Ngruwat dapat juga berarti dipulihkan atau
dikembalikan pada keadaan semula, tetapi juga menolak bencana yang diyakini
akan menimpa pada diri seseorang, mentawarkan atau menetralisir kekuatan gaib
yang akan membahayakan. Upacara ruwat yang biasa dilakukan orang hingga
sekarang termasuk dalam arti yang kedua, yaitu suatu upacara yang diadakan
sebagai sarana yang dijalankan oleh seseorang supaya dapat terhindar dari
marabahaya yang diramalkan akan menimpa diri seseorang.
وَلَا تَدْعُ
مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ
إِذًا مِنَ الظَّالِمِينوَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ
إِلَّا هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَادَّ لِفَضْلِهِ يُصِيبُ بِهِ مَنْ
يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيم
“…maka sesungguhnya kamu, dengan
demikian, termasuk orang-orang yang dhalim (musyrik).” Artinya sesungguhnya
kamu apabila mendoa kepada selain-Nya adalah termasuk orang-orang musyrik yang
mendhalimi kepada diri-diri mereka sendiri.
”Dan jika Allah menimpakan kepadamu
suatu bahaya, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya selain Dia; sedang
jika Allah menghendaki untukmu sesuatu kebaikan, maka tidak ada yang dapat
menolak karunia- Nya…”( Yunus: 10/106-107)
7.
Memberi persembahan kepada laut oleh para nelayan
وَجَعَلُواْ لِلّهِ مِمِّا ذَرَأَ
مِنَ الْحَرْثِ وَالأَنْعَامِ نَصِيبًا فَقَالُواْ هَـذَا لِلّهِ بِزَعْمِهِمْ
وَهَـذَا لِشُرَكَآئِنَا فَمَا كَانَ لِشُرَكَآئِهِمْ فَلاَ يَصِلُ إِلَى اللّهِ
وَمَا كَانَ لِلّهِ فَهُوَ يَصِلُ إِلَى شُرَكَآئِهِمْ سَاء مَا يَحْكُمُونَ
Dan mereka memperuntukkan bagi Allah satu bagian dari tanaman dan ternak
yang telah diciptakan Allah, lalu mereka berkata sesuai dengan persangkaan
mereka: “Ini untuk Allah dan ini untuk berhala-berhala kami”. Maka saji-sajian
yang diperuntukkan bagi berhala-berhala mereka tidak sampai kepada Allah; dan
saji-sajian yang diperuntukkan bagi Allah, maka sajian itu sampai kepada
berhala-berhala mereka. Amat buruklah ketetapan mereka itu. ( QS.Al An’am : 136
)
8.
Mempersembahkan Sesaji ( Sesajen )
قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ
وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ
وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
“Katakanlah, ‘Sesungguhnya embelihanku (kurbanku),
hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu
baginya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang
yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).’” (Qs. al-An’aam: 162-163).
إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ
الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنزيرِ وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai,
darah, daging babi, dan sembelihan yang dipersembahkan kepada selain Allah.”
(Qs. al-Baqarah: 173)
9.
Tradisi Suran
Di Yogyakarta khususnya, momen Suran (peringatan menyambut tahun baru Jawa
yang sebenarnya juga merupakan tahun baru Islam).
Tradisi Suran banyak diisi dengan aktivitas keagamaan untuk mendapatkan berkah dari Tuhan yang oleh masyarakat Yogyakarta disimbulkan Kanjeng Ratu Roro Kidul (Ratu PantaiSelatan). Upacara besarnya diadakan oleh Kraton Ngayogyakarta dan dipusatkan diParangkusuma (Parangtritis), yaitu di kawasan pantai selatan.
Tradisi Suran banyak diisi dengan aktivitas keagamaan untuk mendapatkan berkah dari Tuhan yang oleh masyarakat Yogyakarta disimbulkan Kanjeng Ratu Roro Kidul (Ratu PantaiSelatan). Upacara besarnya diadakan oleh Kraton Ngayogyakarta dan dipusatkan diParangkusuma (Parangtritis), yaitu di kawasan pantai selatan.
إِنَّ
اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ
يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا بَعِيدًا
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni
dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain
dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang
mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat
sejauh-jauhnya. ( Qs. 4 : 116 )
10. Tradisi tumbal
Tumbal untuk kawah gunung berapi. Dimana hewan yang dijadikan tumbal secara
hidup-hidup dilemparkan kedalam kawah bersama-sama dengan sesajen lainnya
berupa makanan dan buah-buahan sertahasil bumi lainnya, yang tentunya tidak
ketinggalan pula nasi tumpeng.
ام لهم شر كؤا شر عوا لهم من ا لد ىن ما لم ىا ذ به ا
لله
“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan
selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (QS asy-Syuura 21)
11.
Mendatangai
Tempat-Tempat/Kuburan Yang Dikramatkan Untuk Meminta Pertolongan
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ
الْإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا
“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta
perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah
bagi mereka dosa dan kesalahan” (QS. Al
Jin: 6).
12.
Peringatan
Kematian
Di dalam adat
Jawa biasanya jika ada orang meninggal maka diadakan peringatan. Misalnya, 3
hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari dan seterusnya. Yang mengadakan peringatan
memasak banyak dan mengundang para tetangga untuk bersama-sama mendoakan orang
yang sudah meninggal. Pelaksanaannya tidak jauh berbeda dengan Kenduri.
Biasanya di dalam peringatan kematian ada makan bersama dengan sayur gulai ayam
atau di dalam masyarakat Jawa sering disebut ingkung. Yang datang untuk
mendoakan biasanya saat pulang juga diberi besekan yang berisi nasi
putih beserta sayur dan lauk. Dalam hal ini, tidak ada hal yang termasuk dalam
kemusyrikan, karena mendoakan orang yang sudah meninggal itu baik untuk
membantu orang yang sudah meninggal di alam kubur.
Yang menyimpang
adalah saat pelaksanaan peringatan itu, menyediakan semacam sesajen yang
diletakkan di dalam kamar orang yang sudah meninggal. Sesajen tersebut berisi
segelas susu, teh, kopi, air kelapa, pisang, jajanan pasar dan lain-lain. Orang
berpendapat bahwa roh orang yang sudah meninggal itu mungkin saja masih berada
di lingkungan sekitar rumah dan mungkin juga akan singgah di kamarnya dan
meminumnya. Secara logika pun itu tidak mungkin. Mana ada orang yang sudah
meninggal akan meminum minuman dari dunia nyata. Dan kenyataannyapun, saat
dibawa keluar dari kamar, makanan dan minuman itu tetap sama, tak kurang
sedikitpun. Ini merupakan kebudayaan yang tidak perlu diteruskan. Tugas kita
kepada orang yang sudah meninggal adalah menyucikan, menyalatkan, menguburkan
dan mendoakan. Jika ada wasiat, maka harus dilaksanakan dan jika punya hutang
harus dibayarkan.
Peringatan yang
diisi dengan mendoakan orang yang sudah meninggal itu baik tetapi jangan
diikuti dengan hal-hal yang berbau tidak logis. Selain itu, dalam melakukan
peringatan kematian, kita tidak hanya memperingati atau mengenang orang yang
sudah meninggal tetapi kita juga harus mengingat akan kematian yang pasti akan
menimpa kita. Dengan kita mengingat kematian kita akan senantiasa melakukan
perbuatan yang tidak melanggarkan hukum. Allah SWT bersabda :
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ. وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ
الْقِيٰمَةِ.فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ .
وَمَا الْحَيَوٰةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتٰعُ الْغُرُورِ
Artinya :
“Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke
dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain
hanyalah kesenangan yang memperdayakan”. (Ali Imran: 185 ﴿
Hadis Rasulullah juga menegaskan :
أَكْثِرُوْا مِنْ ذِكْرِ الْمَوْتِ فَإِنَّهُ يُمَحِّصُ الذُّنُوْبَ
وَيُزَهِّدُ فِي الدُّنْيَا
Artinya :
“Perbanyaklah
mengingat mati, karena mengingatnya sungguh dapat mengahapus dosa dan
menjadikan zuhud pada dunia”. (R.H. Ibnu Abi al-Dunya)
13. Singgul
dalam Upacara Kematian
Di Jawa
terkenal dengan adanya tradisi dan juga budaya yang beragam, dari mulai upacara
kelahiran hingga upacara kematian. Dalam upacara kematian ada yang namanya singgul
yakni campuran beras, kunyit, bawang putih, bengle, dringu yang ditumbuk kasar
dan biasanya dioleskan di persendian, belakang kedua telinga, di kedua lutut,
dan juga di kedua mata kaki oleh pelayat dan
juga oleh keluarga yang berduka. Jika untuk anak kecil dioleskan di
bagian ubun-ubun. Sebenarnya yang memakai singgul adalah anak kecil sebagai
penolak setan. Karena biasanya ramuan ini dibuat dan dipakai saat setelah
Magrib. Mengapa untuk menolak setan? Karena feeling seorang anak kecil sangat peka
terhadap hal-hal yang ghaib. Tetapi karena belum bisa berbicara maka hanya bisa
menangis.
Ramuan ini juga
dipercaya bisa menolak bahaya. Entah apa yang bisa menjadikan ramuan ini begitu
dipercaya oleh masyarakat, hingga selalu ada dalam setiap upacara kematian.
Bahan-bahannya juga terkadang berbeda. Di Yogyakarta, bahan yang digunakan
sebagai singgul ada lima. Sedangkan di Jawa Timur juga ada dinggul tetapi
dibuat hanya dari dringu dan bawang putih. Waklaupun berbeda bahan, keduanya
dipercaya sebagai penolak bala.
Allah berfirman dalam QS. Al- An’aam : 41 yang
berbunyi
بَلْ إِيَّاهُ تَدْعُونَ فَيَكْشِفُ مَا تَدْعُونَ إِلَيْهِ إِنْ شَاءَ
وَتَنْسَوْنَ مَا تُشْرِكُونَ
Artinya :
“(Tidak), tetapi hanya Dialah yang kamu seru, maka Dia menghilangkan
bahaya yang karenanya kamu berdoa kepada-Nya, jika Dia menghendaki, dan kamu
tinggalkan sembahan-sembahan yang kamu sekutukan (dengan Allah)”
Dan
ditegaskan kembali dalam QS. Al-Israa : 56
قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِهِ فَلَا
يَمْلِكُونَ كَشْفَ الضُّرِّ عَنْكُمْ وَلَا تَحْوِيلًا
Artinya :
“Katakanlah:
"Panggillah mereka yang kamu anggap (tuhan) selain Allah, maka mereka
tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya daripadamu dan tidak
pula memindahkannya"
Jadi hanya Allah-lah yang mampu
menghilangkan bahaya yang berbentuk apapun karena Dialah yang menciptakan
bahaya tersebut.
Yang menjadi pemikiran sekarang,
bagaimana kebudayaan ini harus dihentikan karena budaya ini sudah ada dari
zaman dahulu hingga sekarang, dan sanat sulit untuk menghapuskan kebudayaan
yang telah lama berkembang dari kehidupan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Begitu banyak
kebudayaan masyarakat yang bertentangan dengan faham Tauhid. Sebagai seorang
intelektual, kita harus bisa memilah mana yang benar dan mana yang salah. Dan
tentu saja harus diserta dengan landasan yang kuat dan benar agar bisa
meyakinkan. Yang perlu dipikirkan, bagaimana untuk sedikit demi sedikit
mengurangi dan selanjutnya menghilangkan kebudayaan yang termasuk syirik dan
mengembangkan masyarakat yang jauh dari syirik. Dalam Islam, kita tidak harus
meninggalkan budaya dan jati diri yang telah lama melekat dalam diri kita,
tetapi dengan budaya itu kita bisa mengaplikasikan iman, Islam dan ihsan kita.
2.
Saran
Dari uraian
mengenai kebudayaan-kebudayaan yang ada dalam masyarakat di atas, saran yang
dapat saya berikan antara lain :
a.
Jangan terlalu cepat menyimpulkan bahwa suatu
perbuatan yang dilakukan merupakan perbuatan yang melanggar ajaran Islam dan
bertolak belakang dengan tauhid. Pahami dan cari dahulu yang sebenarnya, jika
perlu, cari dasar yang menguatkan.
b.
Berusahalah sedikt demi sedikit menghilangkan
budaya yang melanggar ajaran Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar